Dalam perjalanan pulang ku renungkan, di bangku
bus itu ku skenariokan jalan cerita ini.
3,5 tahun kuliah disemarang, kemudian berlanjut
2th di Yogyakarta … sekian lama kuliah, otang tua yang membiayai pasti berharap
anaknya dapat bekerja diperusahaan besar, bergaji tinggi dan dapat membanggakan
orang tua …
Sepertinya
hal itu terwujud, tepat sebelum wisuda, ku telah diterima sebagai staff
assembly diperusahaan mobil asal jepang dengan emblem “H”. mengingat lingkungan
latar belakang, bekerja disana merupakan keberuntungan dengan sarana dan gaji
yang cukup menunjang.
Bulan demi bulan berlalu, tiap kali pulang kerumah
dan hendak berangkat lagi, ada sedikit rasa bangga Bapak, meskipun dalam
kondisi lelah, beliau tetap menyempatkan diri untuk menjemput dan mengantar ku
ke terminal bus itu …
Kehidupan
kota yang penuh pesona, hiburan tempat perbelanjaan, mall besar dan hingar
bingar ibu kota membuat ku merenung dalam keheningan diri sendiri …
Tiap
malam ku termenung hingga larut malam dan pagi buta sudah bersiap dijemput ke
tempat kerja …
Dalam renungan terdapat rasa rindu akan tanah
kelahiran, terdapat rasa jenuh akan kesibukan yang monoton, terdapat rasa yakin
akan harapan besar bersama keluarga tercinta …
Setelah banyak pertimbangan dari berbagai pihak,
tepat juni 2014 saya telah mengundurkan diri dengan alasan ingin dekat dengan
keluarga dan menjadi guru di daerah … (padahal belum punya tujuan mau jadi guru
dimana, mengingat kata orang2 sekitar untuk jadi guru disekolah harus punya
link atau keluarga disana)
Sesampainya dirumah, segera ku copy ijazah dan
surat pengalaman kerja dari industry ke salah satu sekolah dengan nuansa
islami, dengan suasana sejuk, daun2 tanaman yang hijau dan tulisan motivasi
diberbagai sudut dinding dan pintu. Diruang TU ternyata mengirim lamaran tak
semudah itu, ada persyaratan tertentu, hingga sebuah pertanyaan terucap dari
seorang Bapak bijak disekolah..
“alumni
kampus pundi mas …” Tanya Bapak bijak itu, “UNY Jogja pak … “ jawab saya dengan
wajah masih tertunduk … ternyata kemudian lamaran diterima dan menunggu
telephon dari sekolah …
Jelang
beberapa minggu, dengan beragam proses akhirnya menjadi guru. Bapak dirumah pun
menanyakan kemana bekerja … ku jawab apa adanya disekolah itu …
Meskipun
hanya diam terpancar wajah sedikit kecewa dari Bapak, entah karena keputusan ku
untuk mengundurkan diri dari perusahaan yang mereka anggap bergengsi … namun
Bapak selalu memberikan kebebasan dalam menentukan pilihan jalan hidup ku, baik
saat kuliah dulu …
Ternyata
bapak banyak bercerita pada orang yang intinya sudah enak diterima kerja dengan
gaji tinggi malah pilih pulang menjadi guru dengan gaji tak seberapa …
seringkali orang2 menanyakan hal itu, hanya ku jawab dengan senyum dan
kesenangan hati …
Profesi
menjadi guru sangat ku nikmati, mengikuti beragam kegiatan … itulah impian ku
saat itu sangat ingin menjadi guru …
Ternyata
dilain pihak ada yang complain, senengmen kerja dengan bayaran segitu … dalam
benak ku, sudah sangat ku syukuri mendapat kesempatan menjadi guru …
Dihari-hari
berikutnya Bapak sudah dapat mulai menerima … banyak berkomentar tentang
penampilan guru … harus pakai pantofel ramping, baju rapi, maching, …
Tak
jarang juga bapak suka membanding-bandingkan dengan tetangga desa yang bekerja
dirantauan dengan gaji tinggi, dapat membelikan tanah, membangunkan rumah, beli
motor, mobil, dsb …
Ku
hanya tersenyum mendengarnya, meskipun ada rasa sedih dengan ungkapan bapak
yang berharap menjadi orang berpenghasilan tinggi, tapi ku yakin … kehadiran ku
bersama keluarga tak ternilai oleh harta. Mengingat bapak dan ibu sudah berusia
senja, sudah saatnya aku dan saudara berada dekat dengan mereka. Jalan rizki
pun insyaAllah akan selalu ada.
Keputusan
ku saat itu mulai terasa dampaknya … kebutuhan hidup yang cepat meningkat,
sedangkan gaji bulanan begitu cepat habis di minggu pertama. Terasa juga saat
diberbagai tempat melihat barang-barang bagus, hanya dapat memandang dan
menabung untuk rencana berikutnya. Sejauh ini tak pernah kusesali. Bagaimanapun
juga ku berada di istana sendiri, kekurangan ku tertutup oleh kelebihan ku …
Langkah
efektif saat ini adalah senantiasa membuat hal baru dalam meningkatkan
penghasilan, selalu dekat dengan keluarga, itu yang membuat mereka selalu
bahagia, bahkan bapak menghargai mahal akan keberadaan kami. Disela mengajar
disempatkan untuk belajar lagi untuk upgrade ilmu dan tidak bergantung pada
persaingan.
Bapak
banyak mengajarkan hidup sederhana, meskipun beliau dari latar belakang
keluarga besar, dengan berbagai asset, beliau lebih menikmati menjadi orang
kecil, jualan es batu, mengumpulkan kepingan uang receh …
Ternyata
rizki yang diperoleh dari hasil pertanian, bergelut dengan lumpur disawah,
senyum anak2 yang beli jajan lebih berkah … paling tidak dapat membiayai kuliah
ku yang ke 3 … dapat 4 rumah meskipun beberapa belum ditempati, beberapa petak
tanah yang terpisah –pisah …
Bapak,
terimakasih telah mengajarkan kasih sayang meskipun terpandang galak, selalu
setia dekat dengan kami, rela berkorban untuk keluarga … warisan sifat kebaikan
itu sangat ku harapkan untuk keluarga ku kelak ,,,
Maafkan
bapak dengan pilihan hidup ku, maaf belum dapat membuat bangga dengan banyak
uang, InsyaAllah ku dapat membanggakan dengan kebermanfaatan ku untuk sekitar …
Jangan
khawatirkan anak mu ini yang sudah mulai berdiri dan lepas dari pangkuan mu ….
Izinkanlah
ku mengikuti suara dalam hati dan menjadi diri ku sendiri ….
Semoga
dengan langkahku, sejarah itu akan terulang kembali …
#ditulis
dari bawah jendela RSI Sultan Agung Semarang,
Adi Nova Trio Satya, 13
oktober 2015.