Ibu, adalah perempuan yang
melahirkan ku di bumi …
Ibu lebih mudah menangis saat
terharu, seperti saat ku diwisuda Diploma di semarang …
Saat ku ingin membanggakan ibu,
ketika diwisuda di Yogyakarta dan sudah diterima bekerja diperusahaan saat itu,
ibu tidak dapat hadir karena sakit, sehingga diwakili bapak dan kakak.
Tiap pagi sebelum berangkat
sekolah, ku selalu berpamitan, salim cium tangan ibu dan ucapkan “Assalamu’alaikum”
…
Saat ibu masih dirumah beberapa
waktu lalu, sempat ku bercengkrama kepada ibu tentang pernikahan ku, bila
mendapat orang jauh …. Ibu tlah merestui …
Jauh hari ku sengajakan hidup
dengan ibu, untuk senantiasa menemani bapak dan ibu di usia senja …
Terakhir hari rabu pagi itu,
biasanya ibu sakit tak mampu bicara atau mengucap kata, sengaja tetap kucium
tangan ibu yang sakit pasca operasi dan kuucapkan salam …
Dengan susah payah, ibu mampu
menjawab dengan lirih namun terdengar “Wa’alaikumsalam” …
Ternyata itu salam terakhir yang
kalimat terahir yang ku dengar dari ibu ….
Kamis ku izin tak masuk sekolah
dan kuliah, ku jaga ibu yang sedang kritis …
Sore, bakda sholat ashar ku
kunjungi ibu yang terbaring di tempat tidurnya dengan mata terpejam dan
beberapa kali mengejang ,,,, membuatku takut dan memanggil saudara dan seluruh
keluarga ibu …
Menjelang magrib semua keluarga
berkumpul, menangis dan membacakan do’a bersama pada ibu …
Pelan kami bimbing ucapkan
kalimat suci di telinga ibu …
Ibu hanya diam dengan suara
nafasnya yang memburu …
Warga kampungpun ikut berdatangan
dan turut membacakan do’a …
Jam 9 malam ibu dipindahkan
kerumah kami yang besar agar lebih leluasa …
Saat ku membantu kakak memasang
tirai, ibu terbersin 3x … kakak perempuan berterik dan mengunjungi ibu …
Ternyata saat ibu, ibu telah pergi … kulihat perut ibu
yang tak ada gerakan maupun suara nafas lagi ..
Saat itu dunia terasa terhenti,,,
kutakpercaya dengan apa yang terjadi …
Kakak perempuanku menangis
histeris, karena ia yang merawatnya setiap hari, memandikannya dan menyuapi
makan serta minum obat untuk ibu …
Orang2 berlarian mencarikan kain
untuk mengikatkan tangan, kaki dan kepala ibu …
Kakak yang tak rela ibu di ikat,
berteriak histeris dan menangis … dipegangi sauadara, keluarga dan orang kampung
yang berkumpul …
Akupun masih merasakan tubuh ibu
yang hangat pun ikut mengguncangkan badan ibu … orang2 sekitar memegangi ku dan
berkata … “sampun mas, ibu sudah baik disana … “ aku yang memeluk ibu masih
berkata “ibuk masih panas mbah ….” Ibu dereng ….
Kata mereka jangan sampai air
mata kami menetes ke ibu … dan kami berpelukan dengan ibu, dilambari tisyu di
wajah kami …
Ibu meninggal pukul 21.31 kamis
malam jum’at pahing, 29 oktober 2015 …
Sedangkan ibu terlahir pada sabtu
pahing, 20 september 1959 …
Itu yang kubaca dari pathok makam
ibu …
Malam itu ku ikut memegangi ibu
saat disucikan, yakni : aku, kakak laki2 dan adik kandung ibu …
Ku tidur di kursi, kusandarkan
kepala di meja tempat jasat ibu di baringkan, sambil memegangi tangan ibu.
Pagi, setelah dibacakan do’a,
kami diberi kesempatan untuk melihat wajah ibu yang terakhir kalinya …
Tak kuasa kami semua menangis,
kusandarkan kepala ku diatas pundak bapak yang saat itu tak mampu menahan haru
yang teramat dalam yang telah menemani sekian lama dan suka dan duka …
Kakak pun pinsan, dan ku gandeng
bapak mengantar masuk ke kamar, ku izin untuk ikut mengantar ibu ke masjid,
dalam sholat jenazah pun, kembali ku menangis … dan kami bawa ke makam …
Ku payungi keranda jenazah ibu …
sambil menunggu penggalian makam yang belum usai …
Ternyata ada banyak orang
dimakam, hingga guru dan murid2 ku berbondong- bonding menyalami ku di makam …
Kusaksikan saat ibu di bacakan
adzan dan iqomat di telinga ibu … mereka yang bekerja keras menggali makam,
bergotong royong … dan orang2 yang bekerja untuk bapak, menggarap sawah bapak
yang katanya cukup luas …
Teman2 sekolah, desa, dan kerja
semua hadir …
Lebih dari 500 orang silih
berganti mengunjungi rumah kami …
Ada yang bilang, bukan harta,
tahta maupun kuasa namun jasa dan peran kita akan selalu dikenang dan
kebermanfaatan itu yang akan selalu mereka balas …
Ibu, meski raga mu tak lagi
bersama kami, namun kau selalu hadir dan hidup dalam hati kami…
Selamat jalan ibu … Semoga
Khusnul Khotimah … Aamiin …
|
Wisuda Ahli Madya Adi bersama Bapak dan Ibu, (UNNES, 25-05-2011) |