sblm chy

Minggu, 01 November 2015

Linang Air Mata untuk Ibu



Ibu, adalah perempuan yang melahirkan ku di bumi …
Ibu lebih mudah menangis saat terharu, seperti saat ku diwisuda Diploma di semarang …
Saat ku ingin membanggakan ibu, ketika diwisuda di Yogyakarta dan sudah diterima bekerja diperusahaan saat itu, ibu tidak dapat hadir karena sakit, sehingga diwakili bapak dan kakak.
Tiap pagi sebelum berangkat sekolah, ku selalu berpamitan, salim cium tangan ibu dan ucapkan “Assalamu’alaikum” …
Saat ibu masih dirumah beberapa waktu lalu, sempat ku bercengkrama kepada ibu tentang pernikahan ku, bila mendapat orang jauh …. Ibu tlah merestui …
Jauh hari ku sengajakan hidup dengan ibu, untuk senantiasa menemani bapak dan ibu di usia senja …
Terakhir hari rabu pagi itu, biasanya ibu sakit tak mampu bicara atau mengucap kata, sengaja tetap kucium tangan ibu yang sakit pasca operasi dan kuucapkan salam …
Dengan susah payah, ibu mampu menjawab dengan lirih namun terdengar “Wa’alaikumsalam” …
Ternyata itu salam terakhir yang kalimat terahir yang ku dengar dari ibu ….
Kamis ku izin tak masuk sekolah dan kuliah, ku jaga ibu yang sedang kritis …
Sore, bakda sholat ashar ku kunjungi ibu yang terbaring di tempat tidurnya dengan mata terpejam dan beberapa kali mengejang ,,,, membuatku takut dan memanggil saudara dan seluruh keluarga ibu …
Menjelang magrib semua keluarga berkumpul, menangis dan membacakan do’a bersama pada ibu …
Pelan kami bimbing ucapkan kalimat suci di telinga ibu …
Ibu hanya diam dengan suara nafasnya yang memburu …
Warga kampungpun ikut berdatangan dan turut membacakan do’a …
Jam 9 malam ibu dipindahkan kerumah kami yang besar agar lebih leluasa …
Saat ku membantu kakak memasang tirai, ibu terbersin 3x … kakak perempuan berterik dan mengunjungi ibu …
Ternyata  saat ibu, ibu telah pergi … kulihat perut ibu yang tak ada gerakan maupun suara nafas lagi ..
Saat itu dunia terasa terhenti,,, kutakpercaya dengan apa yang terjadi …
Kakak perempuanku menangis histeris, karena ia yang merawatnya setiap hari, memandikannya dan menyuapi makan serta minum obat untuk ibu …
Orang2 berlarian mencarikan kain untuk mengikatkan tangan, kaki dan kepala ibu …
Kakak yang tak rela ibu di ikat, berteriak histeris dan menangis … dipegangi sauadara, keluarga dan orang kampung yang berkumpul …
Akupun masih merasakan tubuh ibu yang hangat pun ikut mengguncangkan badan ibu … orang2 sekitar memegangi ku dan berkata … “sampun mas, ibu sudah baik disana … “ aku yang memeluk ibu masih berkata “ibuk masih panas mbah ….” Ibu dereng ….
Kata mereka jangan sampai air mata kami menetes ke ibu … dan kami berpelukan dengan ibu, dilambari tisyu di wajah kami …
Ibu meninggal pukul 21.31 kamis malam jum’at pahing, 29 oktober 2015 …
Sedangkan ibu terlahir pada sabtu pahing, 20 september 1959 …
Itu yang kubaca dari pathok makam ibu …
Malam itu ku ikut memegangi ibu saat disucikan, yakni : aku, kakak laki2 dan adik kandung ibu …
Ku tidur di kursi, kusandarkan kepala di meja tempat jasat ibu di baringkan, sambil memegangi tangan ibu.
Pagi, setelah dibacakan do’a, kami diberi kesempatan untuk melihat wajah ibu yang terakhir kalinya …
Tak kuasa kami semua menangis, kusandarkan kepala ku diatas pundak bapak yang saat itu tak mampu menahan haru yang teramat dalam yang telah menemani sekian lama dan suka dan duka …
Kakak pun pinsan, dan ku gandeng bapak mengantar masuk ke kamar, ku izin untuk ikut mengantar ibu ke masjid, dalam sholat jenazah pun, kembali ku menangis … dan kami bawa ke makam …
Ku payungi keranda jenazah ibu … sambil menunggu penggalian makam yang belum usai …
Ternyata ada banyak orang dimakam, hingga guru dan murid2 ku berbondong- bonding menyalami ku di makam …
Kusaksikan saat ibu di bacakan adzan dan iqomat di telinga ibu … mereka yang bekerja keras menggali makam, bergotong royong … dan orang2 yang bekerja untuk bapak, menggarap sawah bapak yang katanya cukup luas …
Teman2 sekolah, desa, dan kerja semua hadir …
Lebih dari 500 orang silih berganti mengunjungi rumah kami …
Ada yang bilang, bukan harta, tahta maupun kuasa namun jasa dan peran kita akan selalu dikenang dan kebermanfaatan itu yang akan selalu mereka balas …
Ibu, meski raga mu tak lagi bersama kami, namun kau selalu hadir dan hidup dalam hati kami…
Selamat jalan ibu … Semoga Khusnul Khotimah … Aamiin …

Wisuda Ahli Madya Adi bersama Bapak dan Ibu, (UNNES, 25-05-2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar