Tagiuri (1968) dalam Asril (2010: 2)
mengetengahkan tentang taksonomi iklim sekolah yang mencakup empat dimensi,
yaitu:
1.)
Ekologi : aspek-aspek fisik-materil,
seperti bangunan sekolah, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru,
ruang BK dan sejenisnya
2.)
Milieu:
karateristik individu di sekolah pada umumnya, seperti: moral kerja guru, latar
belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya.
3.)
Sistem sosial: struktur formal
maupun informal atau berbagai peraturan untuk mengendalikan interaksi individu
dan kelompok di sekolah, mencakup komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi
staf dalam pengenbilan keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan
keputusan, kolegialitas, hubungan guru-siswa.
4.)
Budaya: sistem nilai dan keyakinan,
seperti: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.
Dimensi
iklim belajar menurut Michigan State
University (2004: 4) yang dikutip oleh Doni, Banyak faktor yang menjadikan
iklim belajar bisa menjadi menyenangkan atau bahkan menjadi sangat
membosankan. Faktor-faktor yang
melingkupi antara lain :
1) Lingkungan
fisik, yang nyaman dan layak untuk pembelajaran
2) Lingkungan
sosial, tentang komunikasi dan interaksi
3) Lingkungan
afektif, tentang perasaan memiliki dan harga diri
4) Lingkungan
akademis, tentang pembelajaran dan pemenuhan diri
Lingkungan fisik yang nyaman jelas
menjadi salah satu nilai yang sangat perlu dilihat. Hal ini jelas sangat menjadi urgent manakala melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan kondisi gedung tidak layak, ruang kelas yang padat siswa,
bising, panas, tentu saja akan menghadirkan ketidak nyamanan dalam belajar.
Lingkungan sosial yang dimaksud adalah
tentang komunikasi. Pastilah akan sangat
menyenangkan belajar dalam suasana yang sangat kolegial. Dukungan guru yang
sangat komunikatif, siswa dan guru yang saling berinteraksi secara mudah dan
tidak prosedural, serta peran serta orang tua sebagai mitra pendidik.
Lingkungan afektif sebagaimana
disebutkan adalah adanya interaksi antara guru, laboran dengan siswa secara
santai, mendukung, serta responsive. Hal
ini juga dimaksudkan bahwa siswa memiliki rasa percaya kepada laboran dan
guru. Siswa dan laboran dapat berkawan
baik. Serta Guru, staff, dan siswa merasa bahwa mereka memiliki kontribusi
terhadap kemajuan sekolah mereka.
Lingkungan akademis yang dimaksud adalah
lingkungan yang menekankan akademisi pada setiap individunya. Salah satunya dengan mendukung dan
menghormati semua kecerdasan dan kompetensi.
Metode pengajaran juga dilakukan secara berbeda demi menghargai berbagai
cara siswa belajar serta adanya harapan atau ekspektasi tinggi kepada semuanya
siswa untuk dapat sukses semuanya. Hal
lain yang tak kalah penting adalah adanya monitoring dari hasil belajar. Hasil belajar tersebut juga di komunikasikan
dengan orang tua dan siswa. Hasil assessment tersebut dipakai untuk
mendesain ulang metode belajar dan pengajaran yang dipakai. Serta diberikan reward dan penghargaan atas suatu ketercapaian.
Hamalik
(2004: 196), Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor
kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor
belajar yang penting. Lingkungan belajar/ pembelajaran/ pendidikan terdiri dari
sebagai berikut.
1) Lingkungan sosial adalah lingkungan
masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil.
2) Lingkungan personal meliputi
individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi
lainnya.
3) Lingkungan alam (fisik) meliputi
semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar.
4) Lingkungan kultur mencakup hasil
budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi
faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termaksuk sistem nilai, norma
dan adat kebiasaan.
Hamalik
juga mengemukakan bahwa suatu lingkungan pendidikan / pengajaran memiliki
fungsi – fungsi sebagai berikut.
Fungsi psikologis Stimulus bersumber
atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu
sehingga terjadi respon yang menunjukan tingkah laku tertentu.
1) Fungsi pedagogis
Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat
mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga
pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-lembaga
sosial.
2) Fungsi instruksional
Program intruksional merupakan suatu lingkuangan pengajaran
atau pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku
siswa.
Berdasarkan beragam sumber tentang
dimensi iklim belajar, pada penelitian ini dimensi iklim belajar terbagi dalam
:
1.) Lingkungan Fisik,
Keadaan lingkungan yang dapat
dirasakan, seperti kondisi fisik gedung, ruang kelas, kebersihan lingkungan,
pencahayaan dan suhu ruangan serta segala sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan
belajar.
2.) Lingkungan Afektif
Sama halnya dengan lingkungan personal,
dimana lebih menegaskan pada kepribadian individu. Seperti latar belakang siswa,
latar belakang pendidikan guru, motivasi siswa dalam belajar, kesadaran siswa
sebagai generasi yang ingin memajukan bangsa.
3.) Lingkungan Sosial
Meliputi komunikasi antar individu
yang terjalin secara harmonis dalam lingkungan sekolah. Seperti halnya
komunikasi antara siswa dengan guru, keakraban siswa dengan teman – temannya
dan komunikasi seluruh warga sekolah yang mendukung proses belajar mengajar.
4.) Lingkungan Akademik
Sama halnya dengan lingkungan
kultural, meliputi aturan dan tata tertib yang terdapat disekolah. Dalam
lingkungan ini sangat berpengaruh pada kedisiplinan siswa dalam mematuhi
aturan. Proses belajar akan lebih efektif ketika semua semua aspek dapat
terpenuhi.
Pustaka : Adi Nova Trisetiyanto. (2013). Hubungan Iklim Belajar dan Locus of Control dengan Karakter Siswa SMK N2 Wonosari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar