Rabu, 15 Desember 2021

Kisah Inspiratif Chairil Tanjung-Anak Singkong

 


 

Melihat kesuksesan orang lain, hanya ada dua kemungkinan seseorang akan bereaksi, yaitu merasa kagum atau merasa iri. Tidak jarang, kita selalu melihat bahwa kehidupan orang lain yang sudah sukses tersebut sangatlah menyenangkan, hingga lupa bahwa di balik kesuksesan yang sekarang, ada proses berliku yang harus dilewati. Begitu pula kisah yang dibagikan oleh bos perusahaan terkenal CT Corp, Chairul Tanjung. Dari seorang yang mendapat julukan Anak Singkong, hingga menjadi pengusaha sukses seperti sekarang. Berikut adalah kisah sukses yang dijuluki Anak Singkong.

Kisah Inspiratif Pengusaha Sukses yang Pernah Dijuluki Anak Singkong

Nama Chairul Tanjung selalu langganan berada di urutan 10 besar orang-orang paling kaya di Indonesia. Laki-laki kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 ini sekarang memang hidup dengan bergelimang harta. Bisnisnya meliputi berbagai sektor, mulai dari properti, keuangan, hingga multimedia. Namun, siapa sebelum kesuksesan yang sekarang didapat, kamu perlu tahu perjalanan hidupnya.

 

  • CT lahir dari keluarga biasa

Bos besar ini terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, bahkan ayahnya yang merupakan seorang wartawan ketika masa orde lama, hanya memiliki pendapatan yang minim. Namun, perusahaan ayahnya tersebut ditutup di masa Orde Baru karena dianggap tidak sesuai dan berbahaya bagi pemerintah.

Terlahir dari keluarga biasa, dengan ayah yang kemudian di PHK, membuat Chairul Tanjung pun mendapat julukan Si Anak Singkong, atau Orang Kampung dengan hidup yang serba kekurangan. Akan tetapi, dengan kegigihan dan kepandaiannya, CT mampu bersekolah dengan baik hingga lulus perguruan tinggi.
  • Mampu menyelesaikan pendidikan tinggi

Chairul Tanjung menempuh pendidikan dengan jurusan Kedokteran Gigi di UI(Universitas Indonesia). Untuk dapat terus berkuliah, ia pun tidak segan menjalani berbagai macam pekerjaan. Mulai dari berjualan kaos, buku, maupun fotokopi. Semua ia lakukan sampai akhirnya ia mampu mengakhiri studinya dengan baik. 

  • Bisnis yang naik turun

Awal mula karir bisnis Chairul Tanjung adalah dengan merintis bisnis yang menjual alat-alat kedokteran. Hanya saja belum lama berjalan, bisnis tersebut sudah gulung tikar dan tidak dapat dilanjutkan. Hingga akhirnya, ia bersama rekannya memulai bisnis baru, yaitu dengan melakukan eksport sepatu anak-anak. Meskipun bisnis tersebut cukup baik, tetapi karena satu dan lain hal akhirnya CT memutuskan untuk berpisah dengan rekannya.

Dengan kepiawaiannya dalam berkomunikasi serta menjalin relasi dengan orang lain, perlahan kesuksesan pun menghampirinya. Ia pun berhasil mendirikan Para Group, dan semakin memperlebar sayapnya di dunia bisnis.

Hingga akhirnya, kini ia memiliki bisnis di berbagai sektor industri yang semuanya mendatangkan keuntungan dalam jumlah yang tidak sedikit.

Dari kisah seorang anak yang pada waktu kecil mengalami jatuh bangun dunia, hidup dalam kemiskinan dan berjuang demi pendidikan serta impian. Bisa disimpulkan bahwa dengan kerja keras, kamu pun bisa memulai bisnis meskipun dari hal yang kecil hingga menjadi besar.

https://www.konsultanjakarta.com/cerita-inspiratif-bisnis-kisah-sukses-yang-dijuluki-anak-singkong/

 

Inspirasi Sukses dari Chairul Tanjung si Anak Singkong


Setiap orang tentu memiliki semangat yang naik turun. Terkadang ada hari di mana kamu semangat dan merasa bisa menaklukan dunia. Di lain hari semangat untuk kerja saja tidak ada bagaimana untuk meraih kesuksesan. Tenang, naik-turunnya semangat memang merupkan hal yang wajar. Tetapi jika kamu membutuhkan motivasi untuk meraih kesuksesan, kamu bisa simak motivasi tentang perjalanan hidup Chairul Tanjung berikut ini:

Profil Chairul Tanjung

Siapa yang tak kenal Chairul Tanjung. Namanya sudah dikenal sekolong jagad Indonesia sebagai orang terkaya negeri ini. Bukan sekadar dihitung dari limpahan hartanya saja, tapi di pundaknya banyak orang menggantungkan hidupnya. Lihat saja berapa banyak orang yang bekerja di deretan perusahaan yang dimilik Chairul Tanjung.

Beberapa perusahaan besar berada di kendalinya. Misalanya saja stasiun televisi swasta, taman bermain Trans Studio, supermarket Carefour, hotel, perbankan, sampai belakangan menguasai saham maskapai penerbangan. Itu baru segelintir saja.

Tentu saja kisah sukses Chairul Tanjung jadi buah bibir. Untungnya, pria yang kini menjabat Menteri Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa ini bersedia berbagi kesuksesan hidupnya. Siapa nyana hidup konglomerat satu ini dulunya begitu prihatin. Masa kecilnya jauh dari kemapanan. Bahkan bisa disebut hidup bersahabat dengan kemiskinan.

Kisah Hidup Perjalan Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Dia membagi pengalaman hidupnya itu Lewat buku Kisah Hidup Perjalan Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Buku yang ditulis wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja ini seolah mengupas tuntas rintisan Chairul Tanjung dari ‘nothing to something’.

Di dalam buku itu, Chairul berupaya tidak mendramatisir masa kecilnya yang susah. Justru dia ingin menularkan tekad tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Menjadi kaya itu hak semua orang. Tinggal bagaimana meramu dan merumuskan dalam tindakan nyata.

Chairul menceritakan semuanya dengan jujur. Buku setebal 384 halaman itu mengisahkan masa kecilnya seperti orang kebanyakan. Bermain di pinggir rel kereta sampai bersepeda hingga ke Ancol. Sulitnya hidup mulai dirasakan ketika usaha sang ayah gulung tikar.

Kondisi itu disadari penuh Chairul. Begitu lulus dari kuliah, dia mencoba peruntungan dengan memproduksi sepatu dengan patungan bersama temannya. 

Usaha itu nyaris bangkrut tapi tertolong dengan datangnya pesanan sandal sampai belasan ribu pasang. Pelan tapi pasti, Chairul terus mengasah bakatnya sebagai pengusaha. Tak butuh waktu lama dia sudah menunjukkan kepiawaiannya menangkap peluang dan mengelolanya sebagai bisnis yang menguntungkan.

Pria yang berulang tahun setiap 16 Juni ini dinobatkan sebagai warga terkaya ke-18 di Indonesia. Pundi-pundi hartanya disumbangkan dari deretan perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari perbankan, media, sampai ritel.

Perjalanan kesuksesan Chairul Tanjung bisa menjadi inspirasi siapa pun. Sekali lagi, pesan dari buku itu sederhana. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menekankan hak semua orang menjadi kaya. Kaya lewat hasil keringat sendiri dan bukan dari warisan orangtua, dan jangan sampai kaya karena korupsi duit negara.

https://abisgajian.id/article/inspirasi-sukses-dari-chairul-tanjung-si-anak-singkong

 

Selasa, 14 Desember 2021

Kisah Guru Inspiratif- Ibu Een Sukasih Mendidik dalam Keterbatasan

 

Sedikit saja cobaan di dalam hidup ini kerap membuat orang cepat mengeluh. Namun, lihatlah Een Sukaesih yang mendapat cobaan bertubi-tubi tapi tak terlihat ada kelelahan di wajahnya. 

 

 



Penerima Liputan6 Award itu memang sudah 32 tahun menderita penyakit Rheumatoid arthritis (RA). Dan penyakitnya itu membuat lumpuh selama 26 tahun. Namun, ia masih tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik untuk orang banyak. Ia menyadari, kelumpuhannya mungkin merepotkan banyak orang. Namun Een ingin penyakitnya itu tak menghentikan dirinya memberikan yang terbaik untuk banyak orang.

Wanita kelahiran 10 Agustus 1963 itu ingat betul awal dari kelumpuhannya. Ketika usianya masih 18 tahun, ia mulai mengalami sakit-sakitan. Selama enam tahun mengalami sakit, Een masih bisa jalan. Namun, sejak 1987, penyakitnya membuatnya lumpuh dan hanya terbaring di tempat tidur.

Sakitnya Een dimulai pada suatu pagi. Tiba-tiba saja Een merasakan lengan kirinya tak bisa diangkat dan tak bisa digerakkan. Sakitnya pun luar biasa seperti ditusuk-tusuk.

"Sore harinya saya ke dokter untuk berobat dan sembuh dengan minum obat selama 3 hari. Pada hari keempat, obat itu habis dan penyakitnya kambuh. Bukan hanya lengan kiri kali ini, tapi kanan juga. Saya ke dokter lagi," ujar alumni IKIP Bandung (Universitas Pendidikan Indonesia/UPI) itu saat dihubungi Liputan6 melalui telepon, Rabu (5/6/2013).

Sakit yang dialami Een dari hari ke hari bukannya membaik malah memburuk. Secara bertahap penyakitnya berkembang. Dari lengan kiri, ke lengan kanan, beralih ke lutut kiri dan kanan, dan berkembang ke semua sendi dari kepala hingga ujung kaki.

Een sempat mengurangi makan jeroan meski ia tak terlalu menyukainya untuk melihat dampaknya ke penyakitnya. Bahkan ada dokter yang juga menganjurkan agar ia tak minum susu dan tak makan daging-dagingan. Tapi, sakit itu masih terasa.

"Dari situ saya merasakan kalau dari makanan tak ada pengaruhnya," ujar Een.

Een didiagnosa terkena Rheumatoid arthritis (RA). Penyakit ini merupakan penyakit autoimun kronis, progresif dan melumpuhkan.  Beberapa penelitian menunjukkan kalau penderita penyakit ini kebanyakan kaum wanita. 

"Pada 1987 saya tak bisa jalan. Tak lama kemudian, saya terkena infeksi usus akibat terlalu banyak obat rematik. Kan panas," katanya lagi.

Saat sakit infeksi usus itu, Een sempat divonis dokter kalau usianya hanya bisa bertahan 1 minggu. Memang, dokter yang didatanginya itu bukanlah dokter yang biasa. Maklum saja, keluarganya sewaktu itu sedang panik dan mencari dokter yang berpraktik.

"Setelah beberapa hari, saya periksa ke dokter biasa setelah ia datang dari luar negeri," ujar Een.
Dan diagnosa dokter ternyata tak terbukti, infeksi ususnya bisa sembuh.

Setelah itu, Een menjalani pengobatan alternatif selama enam bulan dan melakukan pijat. Sehari saja tidak dipijat, sakit yang dialami Een bisa kambuh lagi.

"Tapi beberapa bulan kemudian, tubuh belakang saya lecet karena tak bisa bolak-balik, cuma terlentang. Itu lecetnya kurang lebih selama 6 bulan".

Ban Jadi Bantal

Kelamaan terbaring di ranjang membuat tubuh Een memar. Pengobatan alternatif mencari akal dengan memakai ban dalam untuk Vespa yang diletakkan di bawah pinggulnya. Ban itu hanya diisi sedikit angin sebagai bantalan agar punggungnya tak menekan ke kasur.
"Ban itu dibalut kain tipis supaya tidak panas. Sekarang sudah tidak lecet-lecet lagi. Sekarang pakai busa untuk di pinggul. Jadi punggung tidak terlalu menekan ke kasur. Lecet sampai sekarang sudah sembuh".

Dengan bantalan itu mungkin telah menyembuhkan masalah lecet yang dialami Een. Namun, dengan teratasinya satu masalah berlalu mendatangkan masalah yang lainnya. Pada 2007, tubuh bagian belakang Een kembali terasa pedih seperti ada benjolan di bekas lukanya. Sakit itu terasa beberapa lama. Ia tak mengobatinya ke dokter. Namun, seseorang memberinya obat untuk mengatasi benjolan itu.

Sejak saat itu, Een memilih tak mengobati penyakit sendinya ke dokter. Ia memilih membeli obat warungan jika sakitnya kumat.

"Dilematis, ke dokter berapa kali dibilangnya, ya sudah sabar," ujarnya.

Sakit Mata Bukan Katarak

Penyakit Een bertambah lagi pada pertengahan Juli tahun lalu. Mata kirinya tiba-tiba sakit. Setelah diperiksa dan diobati, sakitnya agak mendingan. Namun, mata kirinya kini tak bisa melihat lagi.

"Saya pernah diperiksa ke rumah sakit karena mau ikut operasi katarak gratis. Kata dokter, mata saya harus ke rumah sakit dan ternyata, dokter mengatakan saya bukan katarak. Ini infeksi katanya yang mungkin faktor penyebabnya dari penyakit yang saya derita," jelas Een.
Sebenarnya, Een disarankan untuk melakukan operasi mata. Jika korneanya tidak rusak parah, ia masih bisa menerima donor mata. Namun jika rusak parah sudah tidak bisa. Namun, Een menolak untuk melakukan pengobatan.

"Pertama, saya tidak tahu orang yang mendonorkan matanya. Kedua, kondisi saya seperti ini, struktur tubuh sudah tidak normal lagi. Nanti, takut tumbuh masalah baru. Takut mata tertusuk".
Kedatangan Een ke Jakarta pada Liputan6 Award sebenarnya penuh perjuangan. Ia baru saja dirawat selama satu minggu. Namun, Een dengan semangat tetap datang ke Jakarta untuk mengetahui batas kekuatannya.

"Saya coba ke Jakarta sampai di mana kekuatan saya sekarang. Pas di Ancol saya sudah keluar keringat dingin tapi saya mau menguji sampai di mana saya bisa bertahan. Tapi karena banyak anak-anak saya jadi terhibur dan terobati," ujarnya menambahkan.

Een mengakui, sumber kekuatannya untuk tetap bertahan adalah dari anak-anak didiknya. Di usianya yang tak muda lagi Een memang masih melajang. Namun, hidupnya selalu dikelilingi anak-anak didiknya yang menyayanginya.

"Anak-anak ini obat buat saya. Sebenarnya, apa yang saya lakukan semata-mata demi Ridho Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Di satu sisi, saya merepotkan orang lain. Tapi, di sisi lain, saya ingin bermanfaat buat orang lain"

.Menurutnya, ketika sakit menghampirinya, Een ingat ke anak-anaknya. Dulu, sewaktu neneknya masih ada, sang neneklah yang menjadi semangat hidupnya. Maklum saja, Een merupakan cucu kesayangan neneknya. Selama bertahun-tahun, Een hidup bersama nenek dan kakeknya.

"Nenek pernah berpesan, `Teteh jangan dahului nenek. Nenek nggak ada siapa-siapa`. Dan nenek meninggal ketika saya berusia 34 tahun".

Hidup dengan Obat

Een menyadari, sejak dokter mendiagnosa penyakitnya kemungkinan untuk sembuh sangat tipis. Bahkan dokter memberitahu kalau penyakit yang dideritanya belum diketahui penyebab dan obatnya.

Untuk obat-obatan rematiknya, Een tidak setiap saat meminumnya. Ia baru akan

meminumnya jika sakitnya terasa parah. Sedangkan obat yang rutin diminumnya malah obat maag.

"Dilematis. Kalau dimakan rutin (obat penghilang rasa sakit), lambung kena. Nggak dimakan, saya yang nggak kuat".

Tubuh Een mungkin sudah lumpuh. Namun, ketika berobat ke dokter penyakit dalam, Een bersyukur kondisi jantung dan hatinya masih bagus. Sakit yang dialami Een tak membuatnya patah semangat. Ia bahkan mengimbau teman-temannya yang senasib untuk tetap bersabar.
"Untuk saudara-saudara saya yang sependeritaan. Semoga tetap bersabar atas segala yang kita terima. Berprasangka baiklah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan begitu kita akan yakin segala yang kita terima pasti yang terbaik untuk kita".

"Bersabar harus dengan bersyukur kita masih diberikan kehidupan. Masih banyak nikmat yang kita terima. Untuk mengantisipasi sakit yang kita derita, alangkah lebih baiknya kita imbangi dengan kegiatan yang positif. Syukur-syukur bermanfaat buat semua orang. Jika tidak, minimal untuk diri sendiri dan keluarga".

 

https://www.liputan6.com/health/read/603489/kisah-bu-guru-een-sukaesih-yang-26-tahun-terjebak-dalam-lumpuh

 


Minggu, 28 November 2021

Tipe Manajemen Konflik

 

Tipe Manajemen Konflik


 

Dalam proses manajemen konflik, organisasi melakukan pengelolaan informasi dari konflik dan menentukan solusi yang paling tepat. Menurut Dawn M. Baskerville, ada enam tipe manajemen konflik, yaitu:

1. Avoiding

Individu atau organisasi pada umumnya cenderung menghindari konflik. Berbagai hal sensitif dan berpotensi menyebabkan konflik sebisa mungkin dihindari. Ini merupakan cara yang paling efektif menjaga lingkungan terhindar dari konflik terbuka.

2. Acomodating

Ini merupakan kegiatan mengumpulkan berbagai pendapat dari banyak pihak yang terlibat dalam konflik. Dengan mengumpulkan pendapat, maka organisasi dapat mencari jalan keluar dengan tetap mengutamakan kepentingan salah satu pihak yang berkonflik.

Sayangnya, cara seperti ini masih bisa menimbulkan konflik baru dan perlu dilakukan evaluasi secara berkala.

3. Compromising

Berbeda dengan acomodating, cara compromising cenderung memperhatikan pendapat dan kepentingan semua pihak. Kompromi merupakan cara penyelesaian konflik yang melakukan negosiasi pada pihak-pihak yang berkonflik dan mencari jalan tengah bagi kebaikan bersama.

Dengan kata lain, dengan kompromi maka semua pihak yang berkonflik akan mendapatkan solusi yang memuaskan. Cara seperti ini dapat menyelesaikan konflik tanpa menimbulkan konflik yang baru.

4. Competing

Ini adalah cara menyelesaikan konflik dengan mengarahkan pihak yang berkonflik untuk saling bersaing dan memenangkan kepentingan masing-masing.

Pada akhirnya salah satu pihak akan kalah dan mengalah atas kepentingan pihak lain. Ini merupakan strategi cadangan dan dianggap kurang efektif bila salah satu pihak lebih kuat dari yang lain.

5. Colaborating

Kolaborasi adalah cara menyelesaikan konflik dengan bekerjasama untuk memperoleh hasil yang memuaskan karena semua pihak bersinergi dalam menyelesaikan masalah dengan tetap memperhatikan kepentingan semua pihak.

Dengan kata lain, kepentingan pihak-pihak yang berkonflik tercapai dan menghasilkan win-win solution.

6. Conglomeration (Mixtured Type)

Ini merupakan penyelesaian konflik dengan mengkombinasikan kelima tipe manajemen konflik di atas. Tipe manajemen konflik yang satu ini membutuhkan waktu dan tenaga yang besar dalam proses penyelesaian konflik.

Sumber : https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-manajemen-konflik.html