Rabu, 11 September 2013

Dimensi Iklim Belajar



Tagiuri (1968) dalam Asril (2010: 2) mengetengahkan tentang taksonomi iklim sekolah yang mencakup empat dimensi, yaitu:
1.)    Ekologi : aspek-aspek fisik-materil, seperti bangunan sekolah, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK dan sejenisnya
2.)    Milieu: karateristik individu di sekolah pada umumnya, seperti: moral kerja guru, latar belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya.
3.)    Sistem sosial: struktur formal maupun informal atau berbagai peraturan untuk mengendalikan interaksi individu dan kelompok di sekolah, mencakup komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi staf dalam pengenbilan keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan, kolegialitas, hubungan guru-siswa.
4.)    Budaya: sistem nilai dan keyakinan, seperti: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.
Dimensi iklim belajar menurut Michigan State University (2004: 4) yang dikutip oleh Doni, Banyak faktor yang menjadikan iklim belajar bisa menjadi menyenangkan atau bahkan menjadi sangat membosankan.  Faktor-faktor yang melingkupi antara lain :
1)      Lingkungan fisik, yang nyaman dan layak untuk pembelajaran
2)      Lingkungan sosial, tentang komunikasi dan interaksi
3)      Lingkungan afektif, tentang perasaan memiliki dan harga diri
4)      Lingkungan akademis, tentang pembelajaran dan pemenuhan diri
Lingkungan fisik yang nyaman jelas menjadi salah satu nilai yang sangat perlu dilihat.  Hal ini jelas sangat menjadi urgent manakala melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan kondisi gedung tidak layak, ruang kelas yang padat siswa, bising, panas, tentu saja akan menghadirkan ketidak nyamanan dalam belajar.
Lingkungan sosial yang dimaksud adalah tentang komunikasi.  Pastilah akan sangat menyenangkan belajar dalam suasana yang sangat kolegial. Dukungan guru yang sangat komunikatif, siswa dan guru yang saling berinteraksi secara mudah dan tidak prosedural, serta peran serta orang tua sebagai mitra pendidik. 
Lingkungan afektif sebagaimana disebutkan adalah adanya interaksi antara guru, laboran dengan siswa secara santai, mendukung, serta responsive.  Hal ini juga dimaksudkan bahwa siswa memiliki rasa percaya kepada laboran dan guru.  Siswa dan laboran dapat berkawan baik. Serta Guru, staff, dan siswa merasa bahwa mereka memiliki kontribusi terhadap kemajuan sekolah mereka. 
Lingkungan akademis yang dimaksud adalah lingkungan yang menekankan akademisi pada setiap individunya.  Salah satunya dengan mendukung dan menghormati semua kecerdasan dan kompetensi.  Metode pengajaran juga dilakukan secara berbeda demi menghargai berbagai cara siswa belajar serta adanya harapan atau ekspektasi tinggi kepada semuanya siswa untuk dapat sukses semuanya.  Hal lain yang tak kalah penting adalah adanya monitoring dari hasil belajar.  Hasil belajar tersebut juga di komunikasikan dengan orang tua dan siswa.  Hasil assessment tersebut dipakai untuk mendesain ulang metode belajar dan pengajaran yang dipakai.  Serta diberikan reward dan penghargaan atas suatu ketercapaian.
Hamalik (2004: 196), Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar/ pembelajaran/ pendidikan terdiri dari sebagai berikut.
1)      Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil.
2)      Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya.
3)      Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar.
4)      Lingkungan kultur mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termaksuk sistem nilai, norma dan adat kebiasaan.
                 Hamalik juga mengemukakan bahwa suatu lingkungan pendidikan / pengajaran memiliki fungsi – fungsi sebagai berikut.
Fungsi psikologis Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukan tingkah laku tertentu.
1)      Fungsi pedagogis
Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-lembaga sosial.
2)      Fungsi instruksional
Program intruksional merupakan suatu lingkuangan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku siswa.
Berdasarkan beragam sumber tentang dimensi iklim belajar, pada penelitian ini dimensi iklim belajar terbagi dalam :
1.)    Lingkungan Fisik,
Keadaan lingkungan yang dapat dirasakan, seperti kondisi fisik gedung, ruang kelas, kebersihan lingkungan, pencahayaan dan suhu ruangan serta segala sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan belajar.
2.)    Lingkungan Afektif
Sama halnya dengan lingkungan personal, dimana lebih menegaskan pada kepribadian individu. Seperti latar belakang siswa, latar belakang pendidikan guru, motivasi siswa dalam belajar, kesadaran siswa sebagai generasi yang ingin memajukan bangsa.
3.)    Lingkungan Sosial
Meliputi komunikasi antar individu yang terjalin secara harmonis dalam lingkungan sekolah. Seperti halnya komunikasi antara siswa dengan guru, keakraban siswa dengan teman – temannya dan komunikasi seluruh warga sekolah yang mendukung proses belajar mengajar.
4.)    Lingkungan Akademik
Sama halnya dengan lingkungan kultural, meliputi aturan dan tata tertib yang terdapat disekolah. Dalam lingkungan ini sangat berpengaruh pada kedisiplinan siswa dalam mematuhi aturan. Proses belajar akan lebih efektif ketika semua semua aspek dapat terpenuhi.


                             
Pustaka : Adi Nova Trisetiyanto. (2013). Hubungan Iklim Belajar dan Locus of Control dengan Karakter Siswa SMK N2 Wonosari.